Oleh: Chandra Krisnawan
Dalam rombongan kecil lima orang, seorang penjual tahu
Menangkap awan. Jarak mementang antara kota dan dusun.
Keping doa yang melengking naik, turun
Menangkap awan. Jarak mementang antara kota dan dusun.
Keping doa yang melengking naik, turun
melalui kolong langit lalu menjelma truk tanpa muatan.
Petang jatuh. Roda berputar mengikuti peta pundi-pundi.
Istri turut mengayuh. Pula menepuk pundak
tatkala pembeli memanggil.
Istri turut mengayuh. Pula menepuk pundak
tatkala pembeli memanggil.
Tembang dari tempat yang jauh. Istri tertinggal
di dusun yang jauh. Anak merantau ke kota yang jauh.
di dusun yang jauh. Anak merantau ke kota yang jauh.
Dan tatkala tahu yang dijual kian habis
berkisaran tawa lebar istrinya.
Ruji-ruji sepeda melantun. Nyala oblik tinggal seperempat
Liter. Semringah roda menggelinding.
Serasa menggenggam dunia.
Tapi bukan rindu memburu pulang. Mesti ditunda
sampai awan tercegat.Istri di rumah
sudah pasti resah,
Bertanya-tanya
Bertanya-tanya
"Berapa uang dari lakiku malam ini.
Esok hutang mesti dibayar"
Surabaya, 16 februari 2017
Esok hutang mesti dibayar"
Surabaya, 16 februari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar