Oleh: Chandra Krisnawan
Bukan bulir-bulir pari yang runduk
tertunduk
Di pojok pertokoan modern
Bukan pula kuningnya gading-gading gajah
Yang kecut tersenyum di pinggiran
perumahan mewah
Tapi gigi dari mulut Mat Ngali tua
Yang tertunduk kepalanya
Zaman keemasan telah berlalu baginya
Zaman bahari tinggal bayang-bayang
Hamparan lumpur tempat lutut dan siku
Bersabung, bersama kerbau jantan pilihan
Serasa layu daun dari tangkai ingatan
Seorang pemuda dalam pakaian seragam
mengawasi
Hatinya ragu mengusir Mat Ngali tua
Tapi juga was-was dan cemas
Mat Ngali tua mengingat-ingat
Di sebelah mana pematang yang dulu
dijejak
Sambil berjalan memasuki perumahan
Karena barangkali di balik
dinding-dinding itu
Masih berdiri dangau kecil
Yang dulu dibangunnya
Salak anjing penjaga menciutkan langkah
Mat Ngali tua ngungun
“Bagaimana bisa lenguh kerbau
Berubah jadi ancaman”
Mat Ngali tua undur lagi ke jalan
Ganti menyalak petugas keamanan
Mengusirnya pergi dari kawasan perumahan
Sementara dangau di balik
dinding-dinding itu
Ambruk tanpa sebab
Surabaya, 02 february 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar