Jumat, 21 Desember 2018

BALADA MAT NGALI TUA


Oleh: Chandra Krisnawan

Bukan bulir-bulir pari yang runduk tertunduk
Di pojok pertokoan modern
Bukan pula kuningnya gading-gading gajah
Yang kecut tersenyum di pinggiran perumahan mewah
Tapi gigi dari mulut Mat Ngali tua
Yang tertunduk kepalanya

Zaman keemasan telah berlalu baginya
Zaman bahari tinggal bayang-bayang
Hamparan lumpur tempat lutut dan siku
Bersabung, bersama kerbau jantan pilihan
Serasa layu daun dari tangkai ingatan

Seorang pemuda dalam pakaian seragam mengawasi
Hatinya ragu mengusir Mat Ngali tua
Tapi juga was-was dan cemas

Mat Ngali tua mengingat-ingat
Di sebelah mana pematang yang dulu dijejak
Sambil berjalan memasuki perumahan
Karena barangkali di balik dinding-dinding itu
Masih berdiri dangau kecil
Yang dulu dibangunnya

Salak anjing penjaga menciutkan langkah
Mat Ngali tua ngungun
“Bagaimana bisa lenguh kerbau
Berubah jadi ancaman”

Mat Ngali tua undur lagi ke jalan
Ganti menyalak petugas keamanan
Mengusirnya pergi dari kawasan perumahan
Sementara dangau di balik dinding-dinding itu
Ambruk tanpa sebab
Surabaya, 02 february 2017 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar