Jumat, 23 Maret 2018

TERSERET ARUS

Oleh : Chandra Krisnawan

tak hendak meminta naiknya muka sungai
hujan tebal merata sabar diantar
pada rindu pangkuan  muara

tak hendak merenggut deras arus
bumi lebih hak simpan tubuh anak manusia
dalam dekap lengan lembut

seorang bocah terseret langkah kakinya
hendak dipulangkan ke muka pintu rumah
tak jauh dari tempatnya jatuh

tapi pendaman rindu penuh gejolak
atau amuknya tenggelamkan kota
kerna terlambat buat pulangkan si bocah

diangkatnya ke permukaan tubuh si bocah
supaya dunia berkabar pada ibu-bapaknya
“jemputlah di permukaan kerna tak dapat
kuantar ke depan pintu, anak kalian”

tapi kota tergenang tak mendengar
sementara arus terus bentur tubuh si bocah
supaya bangun kembali ke rumahnya

tiada batu atau akar pohon untuk dititipi
sungai kota tinggal jadi lorong panjang
tanpa kait untuk digelayuti

lepas dari pintu air sesudah tikungan
hendak dititipkan tubuh si bocah
pada jembatan yang bakal dilintasi

tiga–empat jembatan tolak tubuh mendingin
harapan kini tinggal pada bozem besar
kerna sesudahnya takkan bisa pulang si bocah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar