Seorang bocah perempuan menuding
ke arah langit
utara
barat timur
selatan
pada gedung-gedung pencakar langit.
Malam tanpa bintang.
Pelataran plaza kota digenangi cahaya.
Dengan riang dihitungnya tiap gedung.
Lalu dalam kepala kecilnya
tumbuh biji khayalan yang kini
kuterjemahkan:
Berjuta ton batu
pasir
kapur
dari perut bumi di gunung-gunung
di kali-kali aliran lahar
dan di dusun-dusun
diangkat dalam semalam
menjadi puncak-puncak kemewahan di kota.
Angin bergerak ketika telunjuk si bocah
kembali menyapu langit malam.
Gedung-gedung baru terkuak
ditata crane yang tinggi menjulang
menuntut pada si bocah
untuk dihitung.
Seperti dalam dongeng lama.
Dalam semalam
perut bumi harus dibedah
agar si bocah dapat menuding
lebih banyak. Sementara di balik langit
seorang bocah perempuan lain
menatap bulan yang tak lagi terbit
dari balik gunung di desanya.
Entah tentang apa
dia berkhayal.
Surabaya, Februari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar