Senin, 08 Januari 2018

WAJAH MAK IMAH DI ATAS CERMIN PECAH

Oleh : Chandra Krisnawan

Menatap wajah Mak Imah adalah menatap wajah
pembangunan dalam keping-keping cermin pecah

Sudut-sudut pantul baur dan ambyar. Leret
leret warna bengkok terpeleset. Rupa
kongruen bengot dan perot. Sorot mata robek
dalam gubuk rendah bercampur kandang bebek

Tubuh tua Mak Imah lebih kurus dari tahun lampau
Kerut di kulit meroyak seperti bengkah tanah kering
Rambut kian tipis seperti kaki-kaki gunung
ditebah cakar-cakar baja galian C. Tandus dan pilu

Angin muson timur menyempal
lewat sela-sela dinding gedek. Siapa itu di luar?

Tak ada bulan apalagi anggur untuk dituang
Sungguh, manusia celaka bukan dua orang di balik jendela
tapi kami yang duduk dalam gubuk
di atas tanah pekuburan
terpukat lingkaran ketimpangan

Keping-keping beling terserak
Gunung-gunung kapur meledak. Ribuan
depa jalan beton mulur merambak

gedung-gedung batu mengenjak
Tegak dan congkak. Eh,
sementara mortir jatuh di ladang petani dan

gorong-gorong beton menjamur di kota
aku jadi tahu mengapa pabrik semen berkukuh didirikan!

"Saya baru saja sembuh dari sakit,"
katanya setelah kami duduk. Bangsat-bangsat
merangkak dari gelap lahad

Bau kotoran ratusan bebek datang memegat
Bau apak kemiskinan menjerat
Bau penggusuran berjubel dalam tempurung
Kami terkepung

Mak Imah bertutur tentang sakitnya
Tentang batuk yang panjang dan darah yang menebal
Tentang tulang yang ngilu dan daging yang pegal
Kami bertanya: siapa yang tidak lelah?

Obat dari dokter ditanam dalam tubuh
Bebek-bebek diurus orang lain
Punggung tua hendak disandarkan

Matahari memberat di barat
Tuturan demi tuturan minta dicatat
Ada kenalan dan tetangga. Ada  becak tua
suaminya yang dijual. Ada amplop dari penderma
pada lebaran tahun lalu

Juga ada petugas yang menakutinya dengan penggusuran
Tapi tidak ada anak-anak

Ah, ya! Tidak sekali pun tentang anak-anak

Senja kumelun dengan warna-warna rapun
Tanah pekuburan memantulkan sebuah wajah
Murung dan susah!

Sejemang perjalanan dari tanah transmigran ke stren kali
Dan dari tren kali tersikut siku ekskavator
lalu menumpang di tanah pekuburan
masih belum usai!

Raut tua Mak Imah tidak hanya beset dan beret
Keping-keping beling juga merajamnya
Surabaya, Juni–September 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar