Siang itu kebetulan hari libur. Kebetulan juga awan lembut menutupi langit dengan rata sehingga terik matahari tidak begitu menyengat di atas kota yang sejak zaman Sawunggaling terkenal panas ini. Kami, aku, istri, dan anakku, memutuskan untuk sekedar jalan-jalan. Dan karena cuaca tampak bersahabat kami memilih pergi ke pesisir. Sudah lama kami tidak pergi ke Kenjeran.
Tiga puluh menit perjalanan dari rumah kami pun sampai di daerah kenjeran. Rupanya sudah banyak yang berubah. Jalan-jalan menjadi lebih lebar. Dan yang lebih menakjubkan, sebuah jembatan di atas selat Madura menyambut kedatangan kami dengan gagah. Astaga, ini rupanya jembatan yang diresmikan oleh Walikota tahun lalu itu: Jembatan Surabaya. Sebuah jembatan di atas laut yang konon menghabiskan anggaran senilai 200M (saya ingin bilang: wow..!!!)
Jembatan ini bisa diakses dari kenjeran lama. Arus kendaraan dibuat searah dari arah kenjeran lama. Mungkin tujuannya agar para pengunjung dapat melihat kampung-kampung nelayan terlebih dulu sebelum menikmati jembatan. Entahlah.
Sayangnya tidak lama kami menikmati pemandangan selat dari jembatan. Lagipula karena cuaca mendung pulau Madura tertutup kabut sehingga tak nampak warna-warna hijaunya. Begitu juga dengan jembatan Suramadu, bersembunyi di antara titik-titik air. Apalagi ada anak perempuanku. Aku rasa kami akan cepat bosan jika hanya berada di sini. Bukan hanya pemandangan yang hendak kami cari, tapi juga sebuah permainan.
Kami pun lanjut turun menuju bagian lain pesisir. Sengaja kami tidak masuk ke dalam tempat wisata Kenjeran. Di sana terlalu ramai karena hari libur. Lagipula, pesisir kenjeran cukup panjang dan luas, misalnya saja di Kawewe.
Begitulah kami terus berkendara dari jembatan Surabaya hingga mencapai Sentra Ikan Bulak. Di seberangnya terdapat sebuah taman yang menghadap laut. Nah, ini tempat yang pas untuk bermain-main. Murah dan menyenangkan, cukup bayar ongkos parkir saja kita sudah bisa menikmati pemandangan laut hehehe...
Kami sampai ketika mendung di langit bergeser. Matahari kembali unjuk gigi di sepanjang pesisir. Panas menyengat kulit. Meski begitu tak menghalangi kami, terutama anakku, untuk bermain-main. Hal pertama yang menyergapnya begitu menginjak pantai adalah: kulit kerang yang terhampar di atas pasir.
Dengan riang dia kumpulkan kulit-kulit kerang, mulai dari ukuran yang paling kecil hingga ukuran yang paling besar. Matahari pukul dua yang terik tak lagi diindahkan. Tangan kecilnya sibuk memunguti kulit kerang untuk dipindah ke dalam kantung kresek. Sementara itu, beberapa anak mandi di laut. Tak peduli apakah air di pesisir kota itu kotor atau tidak. Bagi anak-anak, permainan lebih penting dari sekedar kotor. Beberapa anak lelaki bahkan melakukan atraksi salto sebelum menceburkan dirinya ke dalam laut. Sayangnya kami tidak membawa baju sehingga anakku hanya bisa bermain air dari pinggir saja. Tapi tak urung basah juga baju yang dikenakannya karena terpeleset jatuh ke dalam air.
Di antara pengunjung yang hadir ada juga yang menikmati wisata pantai. Baik dalam rombongan atau pun dua sampai tiga orang saja. Mereka menyewa perahu nelayan untuk berlayar mengitari pesisir. Ada juga yang memancing atau sekedar duduk-duduk di atas tanggul batu sambil menikmati pemandangan laut dari tempat yang teduh.
Begitulah kami menghabiskan waktu siang itu. Menikmati pemandangan pesisir sambil bermain-main dengan alam. Ingin juga sebenarnya belanja di sentra ikan Bulak. Tapi hari sudah sore. Mungkin di lain waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar