Karena dunia enggan mengingatkan
Dia tinju rahang
Dengan tangan sendiri
Juga dahi
Dan pelipis
Muka kian lebam
Padam membiru
Mulutnya bicara
Cepat-lirih
Sebelum ayun tinju lagi
Siapa sudi gapai
Lengan itu rindu kawan jabat
Terlalu lama telapak kering
Arungi kota yang tiada mengenal
Lalu pulang kembali
Di sebuah kolong jembatan
Suatu sudut kota
Di sana beralas arus hitam
Lambungnya mengerut
Disesap asam perut
Kulitnya kering
Seolah potongan besi
Padat karat
Hingga sum-sum
Siapa sudi doa
Jika jasadnya nanti dikubur tanah
Siapa sudi kenang
Jika sosoknya tak lagi ada
Dunia kian gempita
Baringkan tubuhnya
Di sudut sunyi kota
Jauh sesudah meninggalnya
Masih kulihat ayunan tinju
Di jalan-jalan kota
Atas muka yang makin pucat
Dan beku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar