Sabtu, 30 Januari 2016

PEMAIN HARMONIKA


Pemain harmonika itu menghampiri tiba-tiba
Ketika aku tengah duduk
Di pelataran museum kota
Persis di seberang proyek
Pembangunan hotel

Nada yang dimainkannya tak ku kenal
Tapi kunikmati juga perpindahan tinggi rendahnya
Dengan jarak yang berbeda
Lagipula antara megah gedung tua
Proyek hotel baru
Keangkuhan lalu lalang menderu
Alarm penyebrangan yang sesekali menjerit
Kehadirannya bantu lewatkan waktu
Sebelum tahu
Mesti apa sesudah ditambah satu
Sementara seonggok jagung
Di sudut sana
Merana
Lepas dari akal

Aku coba percaya
Pekerjaan masih mungkin didapat
Juga coba yakin nepotisme harus diperangi
Meski itu cara manusia melestarikan hidup
Terlebih jika menumpang hidup
Pada dinas

Demi coba-coba itu
Kunikmati saja nada harmonika
Lelaki buta di pelataran museum kota

Lalu tiba-tiba bermunculan kaki lima
Satu dua tak lama
Pelataran dipadati kaki lima
Hingga ujung sana
Juga orang-orang berlalu lalang
Bertanya-tanya
Menawar
Atau sekedar melihat-lihat
Sabuk korek api baju kaset
Aneka asesoris
Rokok minuman makanan
Agak ke selatan
Berkerumun penggila teka-teki
Catur tiga langkah

Seorang lelaki tua berdiri mematung
Menatap permain harmonika
Tak berapa lama bergerak ‘jauh
Anak sekolah lewat
Memasukan uang ke kotak
Di pangkuan pemusik itu
Pelataran ini lebih bersahabat
Bagi si pemusik
Ketimbang bus kota yang berjejal

Tengah larut dalam nuansa itu
Seorang lelaki meminjam korek padaku
Tiba-tiba mereka pergi
Satu per satu atau serentak
Seperti mainan dimasukan dalam kotak
Meninggalkan aku seorang diri
Begitu juga dengan pemain harmonika

Kulayangkan pandang ke suasana sekeliling
Eh, peminjam korek itu juga tak kudapati!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar