Oleh : Chandra Krisnawan
(Di suatu tempat, puluhan perempuan dan lebih banyak lagi lelaki
Duduk berhadap-hadapan)
Seorang perempuan dengan rok mini terbuka nyalang
Menyilangkan kaki ke seruas ruang
Pupur dan gincu kelewat matang
Untaian-untaian lumen menera warna kain dan kulit
Mata dan angin mendesak teluk terlempit
Malam kebak parut-parut bergamit
Pepak bergarit
Dan ketika bilah-bilah cahaya membidas masuk pada gerak
Menyibak lipatan kaki yang terselak
Darah dari puluhan nadi bergolak
Bungkus sobek warna perak terserak
Pupus dan lusuh. Seorang perempuan lungguh
bersandar arsiran nasib yang rusuh.
Waktu begitu cepat kelambur. Rona kopi hitam lamur menyentuh bibir
Nanah dan gonorea melingkar di dasar tubir
Gelap dan anyir
Dan ketika sepasang kaki kembali menggeliat
Tubuh-tubuh mesakat memucat
Arus lumpur meliat dekat
Hitam dan lajat
Seorang perempuan hendak menata peruntungan
Hari dan nama yang beratus-ratus tawar kesan
Selembar alas dalam tenda kesudahan seruan
Percakapan serupa bayangan
Dan setelah kata dan tuba tandas, sekawanan mambang
dari busuknya lubuk bangun menggelinjang.
Surabaya, Mei–Juli 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar