Oleh: Chandra Krisnawan
Fyodor Dostoyevsky
(1821-1881) merupakan seorang sastrawan eksistensial, terutama dalam novelnya Catatan
dari Bawah Tanah. Banyak filsuf maupun sastrawan yang mengadopsi pemikiran
Dostoyevsky seperti Nietzsche, Sartre, Levinas, Rene Girard, maupun Camus.
Kelebihan novel ini terletak pada
analisis yang tajam terhadap kesadaran eksistensi manusia. Sebuah profil
psikologis lengkap tentang seseorang yang hidup menyendiri di kota St. Petersburg
pada suatu masa tertentu (abad 19) dapat ditemukan dalam novel ini. Pada awal
sekali tokoh aku dalam novel ini sudah mengungkapkan jati dirinya dengan
menulis, “Aku orang sakit..Aku seorang pendendam. Aku orang yang tidak
menyenangkan.” Lebih jauh, ke-aku-an yang diungkapkan tokoh tersebut
ternyata lebih dari sekedar luapan keputusasaan akibat tekanan dari kehidupan
terpisah yang dipilihnya.
Novel ini ditulis dalam bentuk
catatan oleh seorang tokoh berusia 40 tahun di mana di dalamnya berisi pandangan,
pengalaman pahit di masa lalu, kecemasan dan perasaan yang mungkin ada bersama
pengalaman itu. Keseluruhan isi novel ini bergerak menuju satu muara:
mengantarkan pembaca pada argumen yang dikemukakan tokoh aku di awal
catatannya.
Secara objektif tokoh aku dalam
novel ini tergambar negatif di depan pembacanya. Sebab yang hendak diungkapkan
bukanlah sisi positif dirinya melainkan sisi negatif dirinya. Makna eksistensi
individu ditemukan dalam hubungannya dengan orang lain, tapi siapa yang mau
berkawan dengan seseorang yang penuh dengan prasangka buruk pada orang lain?
Tapi justru itulah yang hendak disampaikan. Ironisme tokoh Dostoyevsky terletak
pada pengungkapan sisi negatif dirinya. Artinya, dalam berhubungan dengan orang
lain individu harus diterima lengkap bersama sisi negatif dalam dirinya. Tanpa
itu hubungan antar-individu akan menjadi hambar, penuh kepura-puraan, dan tak
bermakna.
Hubungan antar tokoh dalam novel ini
merupakan usaha untuk mengungkapkan sisi negatif tersebut. Tokoh aku memliki
kecendrungan untuk menelanjangi orang lain. Penelanjangan tersebut dimaksudkan
supaya orang lain juga memahami
eksistensi diri yang lemah. Dengan menyadari kelemahan tersebut hubungan yang
lebih bermakna baru mungkin tercapai. Individu di hadapan individu lain tidak
harus membanggakan kelebihannya; sebab semua kelebihan itu tidak ada artinya
ketika hanya ada 'aku' dan 'diriku sendiri'. Membanggakan diri pada diri
sendiri dan orang lain hanyalah perbuatan sia-sia, palsu, dan tak
bermoral–inilah yang terjadi di sekeliling tokoh aku.
Tapi rupa-rupanya tokoh-tokoh yang
dioposisikan dengan tokoh aku tidak mau mengakui eksistensi diri yang lemah;
mulai dari kerani yang tidak menyadari bahwa dirinya menjijikkan untuk
dipandang, letnan berbadan tegap, dan Zherkov. Hanya pada tokoh Lizalah
eksistensi diri yang lemah diakui.
Hubungan yang alot antar tokoh dalam
novel ini dapat dilihat dari konsep Sartre yang menyatakan bahwa neraka ialah
sesama kita. Sebab hubungan antar-subjek berubah menjadi hubungan subjek-objek.
Tokoh aku dalam novel ini tidak bersedia menerima dirinya dijadikan sebagai
objek oleh individu lain. Hal ini nampak pada sikapnya yang lebih memilih diam
daripada turut dalam pembicaraan antara atasannya dengan orang lain yang
membicarakan kewajiban berlebih, usahanya beradu bahu dengan letnannya,
serangannya pada Zherkov, dan usahanya untuk menaklukan 'Liza yang malang'.
Sayangnya dari semua usaha
mensejajarkan diri itu hanya satu yang berhasil, yaitu pada Liza seorang. Maka
terciptalah neraka dalam hubungan dengan 'dunia luar'. Sebab dunia luar tidak
bersedia mengakui esksistensinya sebagai subjek dan mengharuskannya mengikuti
kesepakatan-bersama yang diciptakan tanpa persetujuannya. Dia tidak sepakat
bahwa penampilan seseorang harus seperti ini atau itu, bahwa sudah menjadi
nasib bagi seorang bawahan untuk selalu menjilat atasannya, bahwa keberhasilan
seseorang dinilai dari pangkat yang didapat, bahwa orang-orang seperti
Zherkovlah orang yang patut dipuji dan diikuti.
Kesepakatan-bersama yang diciptakan
tanpa persetujuannya ini melukainya dengan dalam. Pada dasarnya
kesepakatan-bersama itu baik karena mengarahkan orang-orang pada pandangan
positif, tapi bukan berarti dia tidak dapat mencibir dan menjulurkan lidahnya
pada kesepakatan-bersama itu. Dia merasa dirinya bukan tuts piano yang begitu
ditekan mengeluarkan nada tertentu. Artinya, jika suatu kekuatan asing
mengharuskannya mengikuti kesepakatan-bersama itu, dia memiliki kebebasan untuk
tidak mengarah ke sana.
Secara psikologis dapat dibantah
bahwa tokoh aku membenci kesepakatan bersama karena dia tidak berada pada
posisi di mana ide-idenya diikuti dan dijadikan sebagai kesepakatan-bersama.
Sekiranya berada pada posisi yang diikuti tentu dia akan mencemooh
habis-habisan orang-orang yang menentangnya. Tapi justru di sinilah
eksistensialisme dalam novel ini bergerak. Dalam konsep Kierkegaard dikatakan
bahwa putus asa adalah kebalikan dari mau menjadi diri sendiri sebagaimana
adanya. Tokoh aku berusaha keras menjadikan dirinya sebagai pihak yang diikuti dan
dibanggakan orang lain. Tapi tidak dapat tidak dia harus menghadapi kenyataan
bahwa dirinya lemah dan terasing. Ide-idenya tidak akan diikuti karena hanya
akan mengantarkan orang lain pada sisi gelap masing-masing–tokoh Simonov yang
pernah begitu dekat meninggalkannya setelah berhasil ditaklukkan.
Keputusasaan ini mengantarkan tokoh
aku ditepi jurang hidupnya. Tidak ada seorangpun yang dapat menahannya untuk
tidak jatuh kecuali dirinya sendiri. Dan pada tahap-tahap tertentu dia tidak
lagi takut pada 'kemungkinan' kejatuhan dirinya; sebaliknya, malah menemukan
kenikmatan di dalam pesaran kehinaan itu.
Ditinjau dari konsep Kierkegaard,
keputusasaan tokoh aku dalam novel ini merupakan keputusasaan yang disadari dan
negatif sifatnya. Dia sadar bahwa dia berputusasa, tapi tidak menyadari bahwa
orang-orang lain itu berputus asa juga. Dia tidak habis pikir, bagaimana orang
lain bisa tidak menyadarinya. Karena itu dia menganggap kesadaran yang
dimilikinyalah kesadaran yang paling tinggi dan, dengan gaya ironis, menyatakan
bahwa seorang lelaki cerdas, sebagai akibat kesadarannya yang tajam, tidak
mungkin bisa menjadi apa-apa.
Sikap tokoh aku dalam menghadapi
keputusasaannya itu bersifat menentang. Kita andaikan bahwa penulis catatan itu
adalah seorang lelaki berusia 40 tahun yang sebagian profilnya sudah kita
ketahui; lelaki ini, daripada menerima dengan pasrah keadaan dirinya yang
tersakiti, memilih menentang tingkah nasib padanya. Penderitaannya dia terima
dengan bersikap melawan. Dia menulis, “Aku tahu mereka selama hidupku berkumpul
dalam diriku dan mencari jalan untuk keluar, tapi aku tidak akan membiarkan
mereka keluar, dengan sengaja.”
Dengan ide seperti itulah tokoh aku
ingin dipuji dan diikuti. Tokoh aku dalam novel ini menyampaikan pengertian
tentang eksistensi manusia dengan gaya yang ironis. Tapi usahanya itu tidak
dihargai dan malah berakibat pengucilan, karena itu dia merasa putus asa karena
tidak dapat menjadi seperti yang diinginkannya sendiri. Pada akhirnya, setelah
terdorong sedemikian rupa hingga ke tepi jurang kehidupannya, dia melakukan
lompatan eksistensial dengan menuliskan dalam catatannya, “Aku orang sakit...”
Kesimpulannya,
novel Catatan dari Bawah Tanah ini merupakan perjalanan tokoh aku dalam
menjadi diri sendiri. Kemenjadian ini dilewati melalui proses hubungan dengan
individu lain. Namun proses menjadi diri sendiri ini belum usai selama tokoh
aku tersebut hidup. Sebab pengalaman tokoh aku belum usai, pengalaman itu tak
terbatas dan tak selesai; menulis catatan merupakan salah satu cara
melestarikan hubungan dengan diri sendiri. Sartre mengatakan, aku bukan diriku,
dan aku akan menjadi diriku. Dengan membuat catatan tersebut tokoh aku berusaha
menuju ke arah 'akan menjadi diri' dengan jalan mengabstraksi pengalaman yang
sudah dilaluinya untuk menapak pengalaman-pengalaman yang akan dilaluinya.
Ternyata kemenjadian diri itu berproses dari adanya suatu hubungan yang tercipta dengan individu lain ya.. yang mengabstraksi pengalaman terdahulu & akan datang.. (saya sependapat dengan ini)
BalasHapusMakasih bu sudah repot-repot meluangkan waktu untuk membaca tulisan ini..
BalasHapus