Jumat, 25 Maret 2016

Perkembangan Kognitif pada Awal Keremajaan dan Anak-anak

diposting di:http://candrakris.blogspot.co.id/2009/01/perkembangan-kognitif-pada-awal.html

 Prinsip Dasar dari Perkembangan Kognitif

Secara alamiah anak-anak selalu ingin tahu. Mereka selalu ingin memberi arti atas pengalaman mereka dan dalam prosesnya, membangun pemahaman mereka atas dunia. Bagi Piaget, anak-anak pada semua usia seperti seorang ilmuwan dalam menciptakan teori mereka sendiri mengenai bagaimana dunia bekerja. Tentu saja, teori anak-anak seringkali tidak lengkap. Meski demikian, teori anak-anak tersebut sangat penting bagi mereka karena mereka membuat dunia nampak lebih mudah diperkirakan.
Anak-anak memahami dunia melalui sebuah schemes, yaitu suatu struktur psikologis yang mengorganisir pengalaman. Schemes merupakan kategori mental yang berhubungan dengan kejadian, objek, dan pengetahuan. Pada remaja, schemes lebih banyak didasarkan pada tindakan. Karena itulah kelompok anak-anak mendasarkan objeknya pada tindakan yang mampu menunjukkan kemampuan mereka. Sebagai contoh, anak menyerap dan mengerti, mereka menggunakan tindakan ini untuk menciptakan kategori objek yang dapat diserap dan objek yang dapat dimengerti.
Schemes lebih penting pada masa sesudah remaja, tapi mereka tahu bahwa prinsip utama dari hubungan fungsional atau konseptual bukanlah tindakan. Sebagai contoh, anak usia pra-sekolah belajar bahwa garpu, pisau, dan sendik merupakan bentuk kategori fungsional dari "sesuatu yang saya gunakan untuk makan." Atau mereka belajar bahwa anjing, kucing, dan ikan mas merupakan bentuk kateofri konseptual dari "binatang peliharaan."
Seperti anak-anak usia pra-sekolah, anak-anak yang lebih tua dan remaja memiliki schemes dasar pada schemes fungsional dan konseptual. Tapi mereka juga memiliki schemess yang didasarkan pada pengembangan hal-hal yang abstrak. Sebagai contoh, para remaja mungkin meletakkan fasisme, rasisme, dan seksualisme ke dalam "ideologi yang saya benci."
Dengan demikian, schemes dari hubungan antar objek, kejadian, dan ide akan nampak melalui perkembangan. Tapi sebagaimana perkembangan pada anak-anak, peran mereka utuk menciptakan schemes dan aktivitas fisik ke fungsional, konseptual, dan, kemudian, sifat abstrak dari suatu objek, tindakan, dan ide.
Asimilasi dan Akomodasi
Schemes berubah secara konstan, sesuai dengan pengalaman anak-anak. Pada dasarnya, adaptasi intelektual menyertakan dua proses yang bekerja bersama-sama: asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika pengalaman-pengalaman baru siap dikorporasikan ke dalam keberadaan schemes. Bayangkan seorang bayi yang akrab dengan schemes pengertian. Dia akan segera menemukan bahwa schemes pengertian dapat juga diterapkan pada balok-balok, mobil mainan, dan objek-objek kecil lain. Mengembangkan keberadaan pengertian schemes kepada objek-objek baru mengilustrasikan terjadinya asimilasi. Akomodasi terjadi ketika schemes diubah berdasarkan pada pengalaman. Dengan ccepat anak-anak akan belajar bahwa beberapa objek dapat diangkat jika menggunakan dua tangan dan bahwa beberapa objek lain tidak dapat diangkat semuanya. Mengubah schemes sehingga hal yang terjadi tersebut sesuai untuk objek baru mengilustrasikan akomodasi.
Asimilasi dan akomodasi seringkali lebih mudah untuk dipahami ketika anda ingat bahwa Piaget percaya bahwa anak-anak, dan remaja menciptaka teori untuk mencoba memahami peristiwa dan objek di sekeliling mereka. Kanak-kanak yang berteori bahwa sebuah objek bisa diangkat dengan menggunakan satu tangan menemukan bahwa teorinya sesuai ketika dia mencoba mengangkat objek-objek kecil, tapi dia akan terkejut ketika dia mencoba mengangkat buku yang berat dengan menggunakan ssatu tangan. Hasil tak terduga yang diperoleh anak-anak, layaknya seorang ilmuwan handal, akan memperbaiki teorinya untuk memasukkan penemuan baru itu.
Equilibrasi dan Tahap-tahap Perkembangan Kognitif
Asimilasi dan akomodasi biasanya berada dalam keseimbangan, atau equilibrium. Seorang anak menemukan begitu banyak pengalaman yang siap diakomodasi ke dalam keberadaan schemes mereka, tapi kadang mereka perlu mengakomodasikan schemes mereka untuk memecahkan persoalan pada pengalaman yang baru didapatkan. Keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi ini diilustrasikan oleh bayi dengan teori pengangkatan objek. Secara bertahap, bagaimanapun juga, keseimbangan ini akan menjadi kacau, dan keadaan dari hasil disequilibrium. Dalam hal itu, anak menemukan bahwa hal-hal di dalam schemes merka tidak memadai sebab mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk berakomodasi dan lebih sedikit waktu untuk berasimilasi. Ketika terjadi disequilibrium, seorang anak mengatur kembali schemes mereka untuk kembali pada keadaan equilibrium, proses yang oleh Piaget disebut equilibrasi. Untuk memperbaiki keseimbangan, pada umumnya - tapi sekarang sudah bukan modenya lagi - cara untuk berpikir telah digantikan oleh nilai yang berbeda, lebih banyak mengatur kemajuan schemes.
Salah satu cara untuk memahami equalibrasi adalah kembali pada metafora dari "seorang bayi layaknya seorang ilmuwan." Teori pada anak-anak membantu mereka untuk memahami banyak pengalaman dengan mempredeksikannya. Sebagai contoh, apa yang akan terjadi ("ini waktunya pagi hari, jadi ini adalah waktunya untuk sarapan"), atau siapa dan akan melakukan apa ("mama pagi bekerja, jadi ayah akan mengantarku ke sekolah"), tapi teori tersebut harus diubah ketika predeksinya bergeser ("ayah pikir aku cukup dewasa untuk berjalan sendiri ke sekolah, jadi dia tidak mau mengantarku").
Terkadang seorang ilmuwan menemukan bahwa dalam teori mereka terdapat kesalahan-kesalahan kritis yang tidak dapat ditata lagi dengan revisi yang sederhana; sementara itu, mereka harus menciptakan teori baru yang juga mengabaikan teori yang sebelumnya akan tetapi berbeda secara fundamental. Sebagai contoh, ketika astronom Copernicus menyatakan bahwa teori yang menyatakan bahwa bumi sebagai pusat sistem solah secara fundamental salah, teori barunya dibangun dengan asumsi bahwa matahari adalah pusat dari sistem solar. Dengan jalan yang sama, sebagian besar anak-anak secara periodik mencapai keadaan di mana teoru yang mereka pegang nampak banyak memiliki kesalahan, lalu mereka meninggalkan teori tersebut dengan jalan mengembangkan lebih banyak cara untuk berpikir mengenai lingkungan fisik dan sosial mereka.
Perubahan revolusioner dalam pemikiran ini terjadi sebanyak tiga kali, kurang lebih pada usia 2, 7, dan 11 tahun. Pembagian perkembangan kognitif ini terbagi ke dalam empat tahapan:
  1. Periode senso-motorik 0-2 tahun
  2. Periode pra-operasional 2-7 tahun
  3. Periode pernyataan-operasional 7-11 tahun
  4. Periode operasional formal 11 tahun ke atas
Daftar usia di atas hanya didasarkan pada perkiraan rata-rata. Beberapa remaja bergerak melewati sebuah periode lebih cepat dari yang lain, tergantung pada kepandaian dan pengalaman mereka. Bagaimanapun juga, jalan yang harus ditempuh untuk mencapai periode operasional formal - sebagian besar tipe sophistik dan pikiran - adalah dengan melewati tiga periode awal. Periode berpikir senso-motorik selalu memberikan pertumbuhan ke arah berpikir pra-operasional; seorang anak tidak bisa "melewatkan" tahap berpikir pra-operasional dan bergerak langsung dari periode senso-motorik ke periode pernyataan-operasional.
Berpikir Senso-Motorik
Piaget yakin bahwa dua tahun pertama tahapan distingtif pada perkembangan manusia. Periode senso-motorik, yang dimulai sejak lahir sampai kira-kira usia 2 tahun, merupakan periode pertama dari perkembangan kognitif Piaget. Selama 24 bulan pada tahapan ini, kemajuan berpikir bayi ditandai dengan tiga sektor penting
Sumber: Jean Piaget, The Language and Thougt of the Child, New York: 1926

Selasa, 08 Maret 2016

Catatan dari Bawah Tanah: Proses Kemenjadian Diri


Oleh: Chandra Krisnawan


Fyodor Dostoyevsky (1821-1881) merupakan seorang sastrawan eksistensial, terutama dalam novelnya Catatan dari Bawah Tanah. Banyak filsuf maupun sastrawan yang mengadopsi pemikiran Dostoyevsky seperti Nietzsche, Sartre, Levinas, Rene Girard, maupun Camus.
            Kelebihan novel ini terletak pada analisis yang tajam terhadap kesadaran eksistensi manusia. Sebuah profil psikologis lengkap tentang seseorang yang hidup menyendiri di kota St. Petersburg pada suatu masa tertentu (abad 19) dapat ditemukan dalam novel ini. Pada awal sekali tokoh aku dalam novel ini sudah mengungkapkan jati dirinya dengan menulis, “Aku orang sakit..Aku seorang pendendam. Aku orang yang tidak menyenangkan.” Lebih jauh, ke-aku-an yang diungkapkan tokoh tersebut ternyata lebih dari sekedar luapan keputusasaan akibat tekanan dari kehidupan terpisah yang dipilihnya.
            Novel ini ditulis dalam bentuk catatan oleh seorang tokoh berusia 40 tahun di mana di dalamnya berisi pandangan, pengalaman pahit di masa lalu, kecemasan dan perasaan yang mungkin ada bersama pengalaman itu. Keseluruhan isi novel ini bergerak menuju satu muara: mengantarkan pembaca pada argumen yang dikemukakan tokoh aku di awal catatannya.
            Secara objektif tokoh aku dalam novel ini tergambar negatif di depan pembacanya. Sebab yang hendak diungkapkan bukanlah sisi positif dirinya melainkan sisi negatif dirinya. Makna eksistensi individu ditemukan dalam hubungannya dengan orang lain, tapi siapa yang mau berkawan dengan seseorang yang penuh dengan prasangka buruk pada orang lain? Tapi justru itulah yang hendak disampaikan. Ironisme tokoh Dostoyevsky terletak pada pengungkapan sisi negatif dirinya. Artinya, dalam berhubungan dengan orang lain individu harus diterima lengkap bersama sisi negatif dalam dirinya. Tanpa itu hubungan antar-individu akan menjadi hambar, penuh kepura-puraan, dan tak bermakna.
            Hubungan antar tokoh dalam novel ini merupakan usaha untuk mengungkapkan sisi negatif tersebut. Tokoh aku memliki kecendrungan untuk menelanjangi orang lain. Penelanjangan tersebut dimaksudkan supaya orang lain  juga memahami eksistensi diri yang lemah. Dengan menyadari kelemahan tersebut hubungan yang lebih bermakna baru mungkin tercapai. Individu di hadapan individu lain tidak harus membanggakan kelebihannya; sebab semua kelebihan itu tidak ada artinya ketika hanya ada 'aku' dan 'diriku sendiri'. Membanggakan diri pada diri sendiri dan orang lain hanyalah perbuatan sia-sia, palsu, dan tak bermoral–inilah yang terjadi di sekeliling tokoh aku.
            Tapi rupa-rupanya tokoh-tokoh yang dioposisikan dengan tokoh aku tidak mau mengakui eksistensi diri yang lemah; mulai dari kerani yang tidak menyadari bahwa dirinya menjijikkan untuk dipandang, letnan berbadan tegap, dan Zherkov. Hanya pada tokoh Lizalah eksistensi diri yang lemah diakui.
            Hubungan yang alot antar tokoh dalam novel ini dapat dilihat dari konsep Sartre yang menyatakan bahwa neraka ialah sesama kita. Sebab hubungan antar-subjek berubah menjadi hubungan subjek-objek. Tokoh aku dalam novel ini tidak bersedia menerima dirinya dijadikan sebagai objek oleh individu lain. Hal ini nampak pada sikapnya yang lebih memilih diam daripada turut dalam pembicaraan antara atasannya dengan orang lain yang membicarakan kewajiban berlebih, usahanya beradu bahu dengan letnannya, serangannya pada Zherkov, dan usahanya untuk menaklukan 'Liza yang malang'.
            Sayangnya dari semua usaha mensejajarkan diri itu hanya satu yang berhasil, yaitu pada Liza seorang. Maka terciptalah neraka dalam hubungan dengan 'dunia luar'. Sebab dunia luar tidak bersedia mengakui esksistensinya sebagai subjek dan mengharuskannya mengikuti kesepakatan-bersama yang diciptakan tanpa persetujuannya. Dia tidak sepakat bahwa penampilan seseorang harus seperti ini atau itu, bahwa sudah menjadi nasib bagi seorang bawahan untuk selalu menjilat atasannya, bahwa keberhasilan seseorang dinilai dari pangkat yang didapat, bahwa orang-orang seperti Zherkovlah orang yang patut dipuji dan diikuti.
            Kesepakatan-bersama yang diciptakan tanpa persetujuannya ini melukainya dengan dalam. Pada dasarnya kesepakatan-bersama itu baik karena mengarahkan orang-orang pada pandangan positif, tapi bukan berarti dia tidak dapat mencibir dan menjulurkan lidahnya pada kesepakatan-bersama itu. Dia merasa dirinya bukan tuts piano yang begitu ditekan mengeluarkan nada tertentu. Artinya, jika suatu kekuatan asing mengharuskannya mengikuti kesepakatan-bersama itu, dia memiliki kebebasan untuk tidak mengarah ke sana.
            Secara psikologis dapat dibantah bahwa tokoh aku membenci kesepakatan bersama karena dia tidak berada pada posisi di mana ide-idenya diikuti dan dijadikan sebagai kesepakatan-bersama. Sekiranya berada pada posisi yang diikuti tentu dia akan mencemooh habis-habisan orang-orang yang menentangnya. Tapi justru di sinilah eksistensialisme dalam novel ini bergerak. Dalam konsep Kierkegaard dikatakan bahwa putus asa adalah kebalikan dari mau menjadi diri sendiri sebagaimana adanya. Tokoh aku berusaha keras menjadikan dirinya sebagai pihak yang diikuti dan dibanggakan orang lain. Tapi tidak dapat tidak dia harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya lemah dan terasing. Ide-idenya tidak akan diikuti karena hanya akan mengantarkan orang lain pada sisi gelap masing-masing–tokoh Simonov yang pernah begitu dekat meninggalkannya setelah berhasil ditaklukkan.
            Keputusasaan ini mengantarkan tokoh aku ditepi jurang hidupnya. Tidak ada seorangpun yang dapat menahannya untuk tidak jatuh kecuali dirinya sendiri. Dan pada tahap-tahap tertentu dia tidak lagi takut pada 'kemungkinan' kejatuhan dirinya; sebaliknya, malah menemukan kenikmatan di dalam pesaran kehinaan itu.
            Ditinjau dari konsep Kierkegaard, keputusasaan tokoh aku dalam novel ini merupakan keputusasaan yang disadari dan negatif sifatnya. Dia sadar bahwa dia berputusasa, tapi tidak menyadari bahwa orang-orang lain itu berputus asa juga. Dia tidak habis pikir, bagaimana orang lain bisa tidak menyadarinya. Karena itu dia menganggap kesadaran yang dimilikinyalah kesadaran yang paling tinggi dan, dengan gaya ironis, menyatakan bahwa seorang lelaki cerdas, sebagai akibat kesadarannya yang tajam, tidak mungkin bisa menjadi apa-apa.
            Sikap tokoh aku dalam menghadapi keputusasaannya itu bersifat menentang. Kita andaikan bahwa penulis catatan itu adalah seorang lelaki berusia 40 tahun yang sebagian profilnya sudah kita ketahui; lelaki ini, daripada menerima dengan pasrah keadaan dirinya yang tersakiti, memilih menentang tingkah nasib padanya. Penderitaannya dia terima dengan bersikap melawan. Dia menulis, “Aku tahu mereka selama hidupku berkumpul dalam diriku dan mencari jalan untuk keluar, tapi aku tidak akan membiarkan mereka keluar, dengan sengaja.”
            Dengan ide seperti itulah tokoh aku ingin dipuji dan diikuti. Tokoh aku dalam novel ini menyampaikan pengertian tentang eksistensi manusia dengan gaya yang ironis. Tapi usahanya itu tidak dihargai dan malah berakibat pengucilan, karena itu dia merasa putus asa karena tidak dapat menjadi seperti yang diinginkannya sendiri. Pada akhirnya, setelah terdorong sedemikian rupa hingga ke tepi jurang kehidupannya, dia melakukan lompatan eksistensial dengan menuliskan dalam catatannya, “Aku orang sakit...”
            Kesimpulannya, novel Catatan dari Bawah Tanah ini merupakan perjalanan tokoh aku dalam menjadi diri sendiri. Kemenjadian ini dilewati melalui proses hubungan dengan individu lain. Namun proses menjadi diri sendiri ini belum usai selama tokoh aku tersebut hidup. Sebab pengalaman tokoh aku belum usai, pengalaman itu tak terbatas dan tak selesai; menulis catatan merupakan salah satu cara melestarikan hubungan dengan diri sendiri. Sartre mengatakan, aku bukan diriku, dan aku akan menjadi diriku. Dengan membuat catatan tersebut tokoh aku berusaha menuju ke arah 'akan menjadi diri' dengan jalan mengabstraksi pengalaman yang sudah dilaluinya untuk menapak pengalaman-pengalaman yang akan dilaluinya.